Langsung ke konten utama

Postingan

Beban di Pundak Hai sahabat pena, senang sekali bertemu lagi di sini. Bagaimana kabarmu? Semoga Allah selalu melimpahkan kesehatan dan kebahagiaan kepada kita semua ya. Aamiin. Nah pagi ini disela-sela kegiatanku, tiba-tiba hadirlah satu kejadian yang membuatku bersyukur begitu banyak atas nikmat yang telah Allah berikan. Rasa-rasanya ketika aku sedang dalam keadaan sedih, seakan-akan aku adalah makhluk yang paling menderita di dunia ini, tidak ada yang lain. Wkwk. Tapi kalau sudah waras alias mood sudah kembali normal, ternyata masalah yang membuat aku sedih adalah masalah remeh temeh yang tidak sebanding dengan masalah-masalah orang disekitarku. Begitu akal dan logika berjalan, ternyata banyak hal di dunia ini yang masih belum bisa aku syukuri sepenuhnya. Well, pagi menjelang siang ini aku beraktivitas seperti biasa. Disela-sela tugasku yang menumpuk aku  menyempatkan diri membuka handphone jadul kesayanganku pada jam istirahat, demi mengusir jenuh sedari pagi. Tak sengaja melint...
Postingan terbaru

Betapa menggemaskannya anak-anakku

           Hai gais, bagaimana kabarnya? Semoga kalian saat membaca ini dalam keadaan sehat jasmani dan rohani ya. wkwk. Lama tidak berjumpa, Alhamdulillah hari ini bisa menuliskan kembali apa yang ada dipikiranku. Setelah sekian lama lupa bagaimana mengungkapkan rasa lewat tulisan, akhirnya hari ini mencoba menulis kembali.              Nah hari ini aku ingin menceritakan bagaimana serunya menjadi teman bermain anak-anak gemes nan lucu. Setiap pagi aku sudah harus berada dimana mereka menantiku. Senang rasanya disambut dengan wajah yang lugu dan lucu, menghampiriku, meminta berjabat dan mencium tanganku. Akupun selalu membalas setiap sapaan mereka dengan senyum merekah, merekapun kembali berlari bermain bersama. Menyenangkan sekali melihatnya.                Anak-anakku berasal dari banyak latar belakang, dari berbagai macam bentuk keluarga, dan berbagai macam pola asuh ya...

My Superman, My Hero, and My Everything

Hai sahabat pena. Kali ini aku akan bercerita tentang my superman, my hero, and my everthing. Bukan orang lain, bukan pacar, bukan teman dekat but my lovely dad, ayahku. Sebenarnya aku lebih suka memanggilnya ayah. Seorang laki-laki yang rela membanting tulangnya untuk keluarga tercinta. Seorang laki-laki yang selalu melindungi keluarganya dari bahaya. Seorang laki-laki yang rela berdarah-darah, terseok-seok, terhantam bahaya di sana sini hanya untuk anaknya yang tidak tahu diri ini. Yaps. Dia ayahku. Entah bagaimana aku akan memulai menceritakan sosok beliau, aku pikir tidak akan pernah bisa menceritakan semua pengorbanan yang ia berikan. Aku adalah satu-satunya putri diantara putra-putra dari ayahku. Bukan berarti aku manja dan diperlakukan berbeda. Ayahku selalu berkata bahwa aku dan kakak adik laki-lakiku sama. Sama-sama anaknya. kata beliau bergurau ketika berkumpul bersama di ruang tengah saat mati lampu disuatu hari yang gerimis. Aku masih ingat betul suasana itu. Sangat m...

Let's Be Friend

Satu hal yang kubenci di dunia ini, perpisahan. Perpisahan selalu meninggalkan jejak tidak mengenakkan. Perpisahan secara baik-baik maupun perpisahan secara tidak baik-baik sama-sama memiliki celah mendatangkan luka. Haha. Terdengar menggelikan? Tak apa. Memang beginilah kenyataannya. Aku suka bertemu dengan orang-orang baru, itu artinya akan nada cerita-cerita baru. Aku suka berteman dengan siapa saja, dari mana saja dia berasal, yang penting masih sama-sama menghirup oksigen untuk bernapas. Haha. Ralat:aku suka berteman dengan siapa saja yang bisa diajak berteman. Aku suka berteman dengan orang yang bisa diajak berdiskusi, itu menyenangkan. Menyenangkan sekali rasanya ketika aku tersadar bahwa ternyata cara berpikirku hanya dari satu sudut pandang saja, dan akhirnya aku bisa sedikit belajar cara berpikir dari sudut pandang yang berbeda. Aku suka berteman dengan orang yang pekerja keras, mandiri, dan serius. Teman macam ini membuatku semangat mengejar apa yang seharusnya dikejar...

Hanya Guru SD?

“Selamat siang anak-anak. Jangan lupa tugasnya dikerjakan dan dikumpulkan minggu depan ya.” Aku tersenyum. “Iya bu.” Anak-anak berbaris berebut meraih tanganku dan menciumnya. Terasa menyenangkan setiap hari bergelut dengan anak-anak polos nan lucu. Aku mengajar di sekolah dasar di desa kecil bagian utara Provinsi Jawa Tengah. Bukan inginku menjadi seorang guru. Kemauan orang tualah yang mengantarku hidup ditengah-tengah anak-anak kecil. Dulu aku ingin sekali menjadi seorang psikolog yang bisa mengetahui sifat-sifat orang hanya dari struktur wajahnya. Namun sekarang, aku sangat mencintai dunia anak-anak. Dunia bermain. Aku bahkan sudah mengubur dalam-dalam keinginanku menjadi seorang psikolog sejak beberapa tahun lalu. “Akhirnya hari sabtu juga. Saatnya bersantai.” Aku bergumam sendiri di depan kaca toilet sekolah. Aku bergegas membereskan barang-barangku ke dalam tas. Lima menit kemudian aku sudah memacu motor matik kesayanganku. Pulang. “Ah hampir lupa. Ibu memintaku memb...

Jangan Menjadi Bodoh (Lagi)

 Saat ini aku sedang duduk di balkon lantai dua rumahku. Ditemani segelas kopi panas favoritku, tak ketinggalan novel keluaran terbaru karya penulis hebat negeri ini. Sesekali aku membaca novel tersebut, sesekali aku merenung memandang langit yang sendu malam ini. Tiba-tiba saja aku merasa kacau dan sedih. Seharusnya aku tidak sendirian malam ini. Aku telah berstatus istri sejak setahun yang lalu. Ya.. aku telah dipinang oleh seorang pria berperawakan tinggi, gagah dan wajah idaman semua wanita. Tapi bukan itu yang membuatku yakin untuk menjadi miliknya. Ayah dan ibukulah alasannya. Mereka berdua. Aku bahagia memiliki lelaki seperti dia, awalnya. Bukan aku tak bersyukur, tetapi jika kalian tahu apa yang aku rasakan sekarang tentu kalian akan paham. Hambar. Hampa. Harusnya aku masih bahagia saat ini bersamanya menghabiskan waktu berdua. Bercengkrama. Menjalin keluarga kecil bahagia. Tetapi nyatanya aku duduk sendirian  malam ini, lagi. Suamiku sedang berada dikantor, dia m...

Abangku Ganteng

Ia pergi meninggalkanku. Bukan kemana-mana. Ia pergi ke toilet, mules katanya. Sahabatku yang satu ini memang konyol, ditengah-tengah sesi curhatanku yang sedang genting begini bisa-bisanya dia meninggalkanku ke toilet. Dasar kebiasaan, umpatku dalam hati.  Aku lihat sekali lagi handphone butut kesayanganku. Nothing . Kuletakkan kembali di tas dengan tarikan nafas panjang. Tak lama kemudian aku mendengar dering nada handphone berbunyi. Aku buru-buru mengambilnya dan tertulis nama “Si Payah”. Dengan malas aku pencet tombol hijau di handphone -ku. “Hallo, ada apa bang?”  “Hallo. Kamu dimana. Kamu dicariin Ibu suruh nganterin ke kondangan. Cepat pulang!” “Aku lagi di..” Tut..tut..tut. Bunyi telephone terputus.  Sial. Abangku yang satu itu bener-bener bikin aku jengkel. Bisa-bisa aku sedang main di tengah kota tiba-tiba disuruh pulang cuma untuk mengantar Ibuku kondangan. Jelas-jelas dia ada di rumah. Kenapa tidak dia saja yang mengantar.  “Aku ...